Translate

Kamis, 14 April 2022

Gereja Harus Ada Praktek Berupa Penyadaran Dan Perlawanan Untuk Membebaskan Manusia Dari Kemiskinan Yang struktural.


Ilustrasi : Manusia Yang Sedang Diperbudak


Oleh : Nuelft24

Saya terkadang berpikir kembali akan prakteknya gereja saat ini dengan Prakteknya Tuhan kita Yesus Kristus.

Saat ini 21 Tahun saya hidup, saya tidak pernah mendengar khotbah seorang Romo dan pendeta untuk peduli terhadap mereka yang dimiskinkan dan disingkirkan. Pengalamanku membuktikan bahwa, setiap kali saya ke gereja, saya akan terus diajarkan bagaimana itu mementingkan diri saya sendiri. Bahkan, setiap kali saya doa pun hanya untuk kepentingan diri sendiri bukan untuk kepentingan orang yang miskin, ngamen di pinggiran Jakarta, Jawa tengah, Jawa barat dan setiap daerah di Indonesia. 


Sejarah membuktikan bahwa, sangat jelas prakteknya Tuhan Yesus  adalah bukan hanya mewartakan tentang kerajaan surga dan neraka namun membebaskan mereka yang dimiskinkan karena sistem pajak juga merupakan prakteknya Tuhan Yesus. 


Sejarah juga tercatat bahwa, bangsa Yahudi ketika itu berada pada kondisi masyarakat yang sangat amat miskin. Meski masyarakatmya miskin, tapi Caesar Agust akan terus-menerus menagih pajak kepada mereka. 

Kondisi ini akan menyebabkan kondisi kemiskinan yang terstruktur yang diakibatkan oleh sistem ekonomi Politik yang terus dikendalikan oleh oligarki dan tidak memanusiakan manusia atau dengan kata lain sistem ekonomi yang korupt sehingga berdampak pada kesenjang sosial di bangsa Yahudi itu sendiri.


Menurut Bruce W Longenecker seorang profesor Agama di Universitas Baylor yang merupakan seorang spesialis dalam studi tentang kemiskinan pada jaman Yunani-Romawi mengatakan, kehidupan pada zaman Yesus itu brutal. Sekitar 90 persen penduduk hidup miskin. Sebuah bencana kelaparan atau panen yang buruk dapat menghancurkan sebuah keluarga. Tidak ada kelas menengah.


Untuk membebaskan mereka yang miskin dan terpinggirkan, Tuhan kita Yesus tidak  mengajarkan kita untuk sekedar doa terus menerus di dalam gereja. Fakta Alkitab membuktikan bahwa, untuk membebaskan umat Tuhan Yesus bukan hanya sekedar Doa terus menerus namun, Tuhan Yesus langsung terjun praktek. Mulai dari Galilea hingga ke Yudea adalah prakteknya Tuhan untuk membuat umat manusia sadar akan kemiskin dan tertindasan. 

Alkitab (Yakobus 2:17) menjelaskan bahwa, Jika iman tidak disertai perbuatan maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. 

Ora et Labora, mengajarkan kita untuk bukan hanya sekedar doa saja, namun praktek itu lebih penting. Tuhan Yesus pun begitu,  80 % yang Tuhan Yesus  lakukan yaitu dengan jalan kaki dari Yudea ke Galilea untuk mewartakan kebenaran dan menyelamatkan kondisi kemiskinan adalah tentang praktek sedangkan 20% adalah berdoa. Kritik Tuhan Yesus kepada otoritas Negara adalah karena sistem ekonomi politik yang tidak memanusiakan manusia. Orang-orang miskin akan ditagih pajaknya secara paksa. Dalam Alkitab (mat 22:21) menjelaskan bahwa, “Kalau begitu, berikanlah kembali kepada Cesar apa yang wajib Caesar miliki. Dan berikanlah kembali kepada Allah apa yang wajib Allah miliki.” ayat diatas ini adalah kritik Tuhan Yesus terhadap otoritas kerajaan Romawi yang sangatlah korupt.  


Selain Caesar Agust, Tuhan Yesus memberikan penyadaran kepada pemungut cukai. Dalam ( Matius 9:9) Yesus melihat Matius, yang juga disebut Lewi, sedang duduk di kantor pajak. Yesus memberikan undangan yang istimewa ini: ”Jadilah pengikutku.”​ hal ini menunjukkan bahwa, prakteknya Tuhan untuk memberikan penyadaran kepada mereka yang  belum paham, memberikan penyadaran bahwa memungut pajak akan menyengsarakan orang, maka kata Yesus kepad Matius, "jadilah Pengikutku". Tuhan Yesus datang bukan hanya untuk menyelamatkan mereka yang beriman, namun kepada mereka yang berdosa karena memungut pajak. 

Prakteknya Tuhan adalah memberikan penyadaran kepada pemungut pajak agar pemungut pajak paham makna dari kesetaraan dan kasih terhadap mereka yang miskin. 


Ketika melihat Yesus makan dengan orang seperti itu, orang-orang Farisi ( orang yang sok suci)  bertanya kepada murid-murid Yesus, ”Kenapa guru kalian makan bersama pemungut pajak dan orang berdosa?” (Matius 9:11) Mendengar itu, Yesus menjawab, ”Orang sehat tidak butuh tabib, tapi orang sakit butuh. Jadi pergilah, cari tahu arti kata-kata ini: ’Aku senang dengan belas kasihan, bukan korban.’ Saya datang bukan untuk memanggil orang benar, tapi orang berdosa.” 


Bukan hanya kritik terhadap otoritas Negara, kritik Orang Farisi, dan kritik pemungut cukai, tapi ada juga kritik Tuhan Yesus kepada orang- orang kaya. Dalam (Matius 19 : 21), Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Ayat ini menjelaskan tentang kasih, kasih untuk mereka yang miskin terstruktur dan tertindas.  


Gereja saat ini musti memberikan penyadaran pada orang yang belum tau kondisi kemiskinan saat ini, gereja saat ini musti mengkritik pemerintah karena sistem ekonomi politik yang tidak lagi berbasiskan pada Demokrasi Pancasila namun berbasis pada sistem ekonomi politik akumulasi modal ( kapital) yang berujung pada kesenjang sosial. Lebih baiknya lagi gereja harus mengajak masyarakat untuk membuat masyarakat sadar dan dan langsung praktek  berupa kritik kepada otoritas karena sistem ekonomi yang tidak stabil ini. 


Berdasarkan data BPS 2018, provinsi miskin tertinggi ada di provinsi Papua. 

Bukan hanya kemiskinan, angka kematian balita dan kematian ibu hamil tinggi dibandingkan angka kematian lansia.


Para founding Father seperti Soekarno, Hatta, Yamin  sudah berdebat dan memilih konstitusi yang baik dan sistem ekonomi yang berbasis pada Demokrasi Pancasila yang baik. 

Namun sayangnya, Konstitusi dan sistem ekonomi demokrasi Pancasila ini tidak berfungsi bagi bangsa Papua. Hal ini dibuktikan berdasarkan sejarah bangsa Papua. Suatu bangsa yang telah merdeka dirampok hanya karena kepentingan untuk mengakumulasi modal segelintir orang dengan slogan kesejahteraan. Hal ini dibuktikan dengan masuknya PT. Freeport ke Irian Barat tahun 1967 dimana irian barat pada saat itu belum sah atau sementara saja berada dalam negara Indonesia karena PEPERA sendiri belum dilakukan. Disini, Indonesia berani beraninya mengatasnamakan irian barat dan mengizinkan PT Freeport masuk ke Irian Barat. 


Sudah sejak lama Papua memang dianggap primitif, kampungan, bangsa bodok. Alimurtopo seorang jenderal juga pernah berkata rasis kepada bangsa Irian Barat dengan berkata, "jika kalian ingin merdeka minta kepada Amerika supaya disediakan tempat dibulan, kami hanya ingin kekayaan alam bukan manusianya".


Dengan mengizinkan PT Freeport ini, sudah pasti Amerika dengan ideologi liberal akan melanggengkan ekonomi kapitalisme di sebagian besar dunia termasuk Indonesia di tahun 1965. 


Menurut Marx ideologi kapitalisme akan membawa suatu masyarakat pada kesenjangan sosial. Yang kapitalisme tau adalah hanya mengakumulasi modal dengan cara eksploitasi dan akan berujung pada kondisi masyarakat yang semakin miskin, kondisi lingkungan yang rusak dan berbagai kondisi buruk lainnya. 


Hingga saat ini sistem ekonomi Indonesia masih tetap sama yaitu sistem ekonomi yang berbasis akumulasi ( kapitalisme) bukan lagi sistem ekonomi demokrasi Pancasila. 


Sistem ekonomi ini akan membawa suatu daerah yang kaya pada kehancuran. Bukan hanya manusia saja yang semakin miskin dan terpinggirkan bahkan alam pun akan berujung pada ekosida. Bahkan sistem ekonomi ini juga akan membuat manusia di usir dan berujung pada genocida.  


Penutup 

Berjuang untuk pembebasan Papua adalah perjuangan paling suci. Karena berjuang untuk mereka yang miskin dan tertindas karena sistem ekonomi yang tidak stabil adalah sama seperti prakteknya Tuhan Kita Yesus Kristus. 

Bukan hanya sekedar doa setiap hari di gereja tetapi ini tentang praktek, karena kitab perjanjian baru menunjukan 80 % yang dilakukan Tuhan pun tentang praktek berupa penyadaran dan kritik.

0 Post a Comment: