Translate

Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 Desember 2021

ILUSI

Foto : Matias yatipai


Ilusi

Oleh: Matias yatipai


Pagi Hari…

Saat mataku terbuka oleh mentari

Di jendela kau tampakkan ilusi

Bukan mimpi kau ajakku menari

Saat saya berdiri, kau beranjak pergi


Siang itu…

Saat seluruh capek melandaku

Terlihat bayangmu tersenyum padaku

Belum terucap kata sapa olehku

Kau sudah menghilang dengan bayangmu


Malam sepi…

Saat damai temaram lampu api

Ilusi mu nampak sekian kali

Kudekati dengan sejuta emosi

Tak kusangka kau selamanya beranjak pergi


Hari Berlalu…

Saat ku berjalan, kau singgah menghadangku

Kini kuabaikan, tak ku hiraukan bayangmu

Tak hiraukan kau menangis semu

Aku capek jadi cermin ilusimu

Selasa, 30 November 2021

Tangisan Yang Membisu



Foto ; May Y

Tangisan Yang Membisu

Oleh ; May Y, Magelang, 1 Desember 2016

==================== 


Dibalik tangisan, dihiasi butiran-butiran darah, 

Sejuta tulang belulang Anak Bangsa, ramainya, bertebaran di Jagat Raya. 

Sepatah kata pun, tak berdaya tuk menceriterakan dengan tinta hitam ini.


Mataku terus membajiri, cucuran air mata darah.

Sulitnya, Ku memandang, kawan yang disana

Sungguh jiwa dan ragaku terkancing mati.


Memangkah ini, karunia disepanjang hidupku?

Ataukah ini, Upah hidup hingga diakhir langkah, oleh Sang Khalik

Kini berada, digubuk keprihatinan


Jika itu, ku salah memijahkan kedua kaki ini,

Mohon diberi, jalan yang tepat

Mengapakah, langsung mengambil sikap dan menghabisi-ku?


Mereka dan engkau Manusia,Ciptaan Tuhan 

Jalan-ku bukanlah Jalan-mu,

Sang Surya pun, berjalan sesuai orbitnya


Semakin panasnya Bumi,

Semakin panas pula, tabiat manusia

Canda dan tawa pun membisu


Jahatnya jagat Raya

kicauan burung dibelantara menghilang

Gundulnya Alam ini


Enyalah kau penjahat

Ingin menghirup oksigen baru

Kepada-mu, Sang Khalik,Kupasrahkan

Jumat, 08 Oktober 2021

Untuk-mu kawan


 Ilustrasi : Lawan Penindasan

 

Puisi : Untuk-mu kawan

Karya : OL-Bless


Untuk-mu kawan


Teruslah bakar nalar 

setiap hari hingga malam

sembari merayakan indahnya alam

yang kini telah tercemar


Teruslah bakar nalar 

dengan keributan sejarah dunia 

yang begitu kelam 

sekaligus nyalakan tanda bahaya 

bagi seluruh mahkluk penghuni alam


Untuk manusia

biarkan saja

untuk sementara

perihal setia

tak ada lagi yang peka

 

Untuk setia setiap saat

manusia terlalu lancang tersesat

lalu gampang terseret

dalam lubang dunia yang tak sehat


Untuk-mu kawan

harap-ku sesatmu dibebaskan

moga bebasmu membebaskan

menyambut dunia impian; dunia tanpa penindasan 


Koepang, 8 Okt 2021


Sabtu, 12 Juni 2021

AKU DIDEPORTASI RASIS DENGAN SEBUTAN BINATANG

 

Foto/Doc : Pribadi ( May )

 

Puisi : Tentang Perjuangan

 

KAWAN

ko punya hargai diri itu sudah kotor

ko bersihkan

ko rawat terus

ko hidupkan dia tumbuh didalam diri


KAWAN

Tong dirasis 

Tong dianggap binatang

Tong punya harga diri bukan lagi dibawah payung ketiak

Tong punya harkat dan martabat tak berharga lagi.


KAWAN

Haruskah diam saja sementara dong lagi menginjak injak tong pu harga diri.

Haruskah dilihatkan begitu saja sementara dong merampas harta kekayaan alam sambil dong berdansa menyebut tong bintang.

Haruskah diam begitu saja sementara lagi tong pu harga diri disetarakan dengan kodrat binatang.

Haruskah hal  itu diterima begitu saja 


 KAWAN

kemarin ko diam

Sekarang ko diam

Besok ko diam 

Diam, diam dan diam


KAWAN

Kesadaran itu sederhana saja

Mari tong kenali kita punya diri

Tong juga Manusia sama seperti dorang 

Mari tong melawan labelisme, rasisme dan stigmanisme.


Karya : May

Jember/Collonial Land, 20 Agustus 2019


Jumat, 11 Juni 2021

Kumpulan Puisi


Foto/Doc : Abe W Magay


Puisi : Kita Sudah Merdeka

Sudah lama Merdeka
Sudah 59Th  hidup bersama denganmu kau indome
Lepaskan kami hidup sendiri
Dari tanganmu kolonial  e e e  indome

Kami sudah 
Rapatkan barisan mewujudkan impian
Satu-satunya harapan rakyat Papua adalah hidup sendiri
Jelajahi dunia dengan semangat  juangnya

Hapuskan air mata dari pipi kami Tuhan
Malam tidur dan bermimpi
Mimpi indah dari mimpi sebelumnya
Mimpi berubah untuk sgala derita

Sluruh hidup kami serahkan kedalam tanganmu Tuhan
Tuhan engkau slalu tuntun

Selamat juang 
Allah, alam, dan bangsa menyertai hingga titik pembebasan

Hanya satu kata  "L A W A N"

------------------------
Solo, 01/07/20
#Abe Magai


Puisi : Kado Natal di Tanah Rantau

Kado Natalku ialah cinta kasih Allah

Karunia
Pengampunan
Pendamaian
Keselamatan

Akankah Natalku menjadi redup?

NatalKu penuh sukacita
akan kelahiran Mesias
Akankah NatalKu menjadi hampa?

NatalKu bersekutu dengan Tuhan
menjadi ranting-ranting-Nya
Akankah hidupKu tak berkelimpahan?
NatalKu terus bertumbuh
berbuah dan memberkati

Dekat
Jauh
Bersama
Berpisah

Natal memang tak lagi sama
tanpamu

Namun cinta kasih Allah
selalu sama dan berlimpah

setiap saat...

----------------------------
Solo, 26/12/20
#Abe Magai


Puisi : Jaga Cinta

Ku Ada untuk ko
Kemanakah
Kasih sygMu
Kasih hati baku jaga

Cinta...

Walaupun kita pisah
Beda pulau
Walau tak sama-sama
Kita satu 
Mencari 
Baku dapa
Bahagia 
Baku sayang

Akhir akan berganden 

-------------
Jogja,15/07/20
#Abe Magai

Karya : Sekjen Ipmanapandode Joglo

Kamis, 03 Juni 2021

Kampungku Papato

Duk.Penulis (Jhon Gobai/WSP)


Oleh : Jhon Gobai

Mentari pagi kelak menari diatas gunung Egeida

Tersinar tajam tangkap Kampung Papato

Dikala, berselimuti kabut putih merobek pikatnya embun

Ketika turun menyebar dari Bukit Odiai kepada rumah beratap alang,


Ketika mengepung tulus telusuri kepada derasnya kali Weya,

Panasnya Sang Surya Menyusup di muara kali Emedei, Papato, dan Kowaiye,

Kian mengayung telusuri Hingga barisan mawar putih 

Di punggung gunung watage hingga Mengekor dipuncak Nunuma Dimi


Tebar kelopak sayup sambut sinar mentari pagi

Pipit kecil pun terbagun lekas terkipas sayap

Bunda Siap mengintai sari bunga Watage (Mawar pohon)

di tepian kaki gunung Amopuga menari diatas hijauan rumput Abai.


Sungguh, kumembanggakan dirimu pujaan hatiku Papato,

Tercium aroma bumimu memikat hati

para kabo berdandang Bunga Wagaidei

menari di setiap ruas kebun sambut mentari pagi, ceria yang menjanjikan.


Karya :  Jhon Gobai

Maguo, 3 April 2016


Penulis adalah Anak Negeri, Generasi penerus  Ugidaa Papato