Translate

Kamis, 03 Juni 2021

Otoritas Agama Se-akan Menjadi Printis Maut

   Foto/Doc : Pribadi (MY)


Artikel : Opini 

Oleh : Awibow Yatipai


Penyebaran agama telah melewati dinamika yang sangat krusial.Banyak peristiwa yang merendahkan integritas manusia terjadi di mana-mana demi meloloskan doktrin ajaran agama ini.Segala macam kejahatan kemanusiaan itu dilakukan dengan memakai baju nama Tuhan dan Firman-Nya. Sekalipun dalam sepuluh hukum Tuhan menyatakan jangan membunuh, jangan mencuri dan sebagainya, tetapi nyatanya hal-hal ini menjadi persoalan utama dalam persebaran doktrin agama ini. Persebaran doktrin agama ini berjalan dengan lancar presentasi politik.  


Para misionaris asing masuk ke Papua melalui pendekatan antropologi.Namun, semenjak itu ada berapa wilayah yang berhasil masuk tapi ada wilayah juga yang sempat menolak keras hingga usir. Sehingga perlahan-lahan para misionaris berusaha secara kontinyu hingga berhasil mempengaruhi semua komponen masyarakat di Papua. Semua OAP berlutut pada doktrin ini hingga lupa diri mereka. Doktrin agama yang dilakukan oleh para misionaris ini pintu masuk bagi kolonialisme Belanda. Sementara lagi doktrin agama mulai kompleks di samping itu secara perlahan Belanda membuka pos- pos pemerintah di Papua, lalu para misionaris dan pemerintah Belanda membagi tugas demi kepentingan ekonomi politik di Papua. Orang Papua didoktrin dengan ajaran agama melalui misionaris  supaya semua perlakuan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda dapat di terima semuanya demi  melancaran aktivitas kekuasaan danekonomi politik di Papua.


Para maritir di Papua menyetir dan mengajarkan kepada masyarakat Papua diarahkan untuk mengejar kehidupan setelah mati.Bahkan mereka diarahkan menunggu penyelamatan dari Tuhan, Seakan-akan para otoritas agama ini langsung datang dari Tuhan tanpa di proses melalui Ayah dan dari rahim ibunya. Masyarakat Papua sedikit demi sedikit mulai sadar akan semua perlakuan kolonial serta ragu dalam menghadapi hidup mereka (OAP). Sementara kepentingan kekuasaan dan ekonomi politik terus mengancam eksistensi peradaban mereka.Para militer dan aparat gabungan adalah aktor keamanan yang kapan saja bisa membunuh masyarakat Papua. Para agamawan menyatakan kepada masyarakat bahwa membunuh adalah dosa yang membuat kamu tidak masuk ke surga.


Melalui ajaran agama otoritas agama inilah menjadi aktor-aktor mengamankan kepentingan kekuasaan dan ekonomi politik di Papua sejak dulu hingga kini. Ajaran agama dan para agamawan ini telah merintis jalan dan pintu masuk bagi imperialisme, kapitalisme, kolonialisme dan militerisme di Papua.Nantinya akan berunjung pada genosida,etnosida dan ekosida demi memuaskan orang Papua dari negerinya. Para agamawan mendukung kolonialisme dan kapitalisme dengan cara umat untuk tunduk pada sistem simpati,empati dan damai. Sementara bagaimana kedamaian itu tidak pernah diajarkan atau disampaikan melalui kotbah di atas mimbar yang menurut mereka mimbar suci.


Mungkin otoritas agama belum atau tidak mengerti kehadiran dan perjuangan Yesus Kristus ditengah umat yang menderita akibat sistem yang menindas pada saat itu yang situasinya sama dengan yang terjadi di Papua saat ini. Ketika orang bertanya "Mengapa Yesus di salib kan ?" Tanpa ragu para agamawan maupun umat akan menjawab "Karena Dosa Manusia" Yesus mati di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia di dunia ini. Sebenarnya Yesus mati dikayu salib karena Ia melawan hukum dan kekuasaan yang menindas secara damai. Dengan demikian, Yesus mati dikayu salib demi membela umat miskin,tak berdaya dan yang terlantar yang ditindas oleh sistem. Karena itu, jelaslah bahwa Yesus menebus dosa penguasa saat itu yang menjalankan sistem yang menindas demi menyelamatkan rakyat yang ditindas. Dengan kata lain, Kematian-Nya menebus dosa bagi yang menindas dan keselamatan bagi yang ditindas.

0 Post a Comment: